skip to Main Content
admin@sirohnabawiyah.com

Hijrah ke Madinah

Setelah Bai’at Aqabah kedua, maka sejak saat itu Rasulullah mengizinkan para sahabatnya berhijrah ke Madinah. Tantangan hijrah sangatlah berat. Para sahabat harus menanggung berbagai macam resiko agar dapat hijrah. Ada yang meninggalkan sanak saudaranya, hartanya, bahkan ada yang terancam jiwanya. Belum lagi meninggalkan kampung halaman yang sudah pasti berat bagi setiap orang. Namun demikian satu persatu, kaum muslimin berhasil melakukan hijrah ke Madinah. Mereka umumnya pergi berkelompok-kelompok dan dengan sembunyi-sembunyi, sedikit saja yang pergi dengan terang-terangan. Selang dua bulan lebih beberapa hari setelah Bai’at Aqabah kedua, akhirnya tidak ada kaum muslimin yang tersisa kecuali Rasulullah, Abu Bakar dan Ali bin Thalib radhiallahuanhuma, serta mereka yang ditahan oleh kaum musyrikin. Sementara itu, Rasulullah tengah menunggu- nunggu saat-saat Allah mengizinkannya berhijrah. Abu Bakar yang saat itu telah bersiap-siap untuk hijrah, diminta Rasulullah untuk ikut menemaninya.

Setelah mengetahui kepergian para sahabat Rasulullah ke Madinah, kaum Quraisy mengalami kekalutan. Para pembesar Quraisy sepakat berkumpul. Pada pertemuan tersebut, semua utusan dari suku-suku Quraisy berupaya memadamkan cahaya dakwah yang dibawa Rasulullah. Setelah berembuk sekian lama, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan untuk membunuh Rasulullah. Kesepakatan itu diambil setelah Abu Jahal menyampaikan pendapat tersebut; dengan cara setiap suku mengirimkan seorang pemudanya yang gagah perkasa serta dibekali sebilah pedang yang tajam. Kemudian mereka diperintahkan secara bersama membunuh Rasulullah.

Ketika kesepakatan membunuh Rasulullah telah diambil, malaikat Jibril segera memberitahu Rasulullah tentang rencana makar mereka. Dia juga memberitahukan bahwa Allah ta’ala telah mengizinkannya untuk melakukan hijrah. Suku Quraisy sudah bersiap-siap untuk melaksanakan rencana mereka. Berdasarkan kesepakatan, eksekusi tersebut akan mereka lakukan pada pertengahan malam. Mereka sangat yakin eksekusi tersebut akan berhasil dilaksanakan.

Namun di balik semua itu ada Allah Ta’ala yang selalu melindungi hamba-Nya dan berbuat sesuai kehendak-Nya. Dia berfirman: “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (QS. al-Anfal : 30).

Maka pada waktu yang sangat kritis tersebut, Rasulullah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya dengan menggunakan selimut yang biasa beliau gunakan. Setelah itu Rasulullah keluar menerobos kepungan mereka yang saat itu penglihatannya Allah cabut sehingga tidak melihat Rasulullah. Bahkan beliau sempat mengambil tanah dalam dua genggam tangannya dan menuangkannya di atas kepala-kepala mereka.
“Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat” (QS. yasin : 9).

Kemudian pada malam itu juga, Rasulullah berjalan menuju rumah Abu Bakar. Kemudian lewat pintu belakang, mereka berdua segera bertolak keluar Mekkah, sebelum terbit fajar. Rasulullah menyadari betul, bahwa ketika orang kafir Quraisy mengetahuinya hijrah ke Madinah, mereka akan dengan sekuat tenaga mencegahnya. Dan yang paling pertama mereka lakukan adalah mengejar Rasulullah lewat jalur yang biasa digunakan untuk menuju Madinah, yaitu ke arah utara. Karena itu untuk menghindari kejaran mereka, Rasulullah menempuh jalur yang berlawanan sama sekali, yaitu berjalan ke arah selatan, menuju ke negeri Yaman. Beliau dan Abu Bakar terus berjalan hingga sekian mil, sampai kemudian mereka tiba di gunung Tsur; gunung yang tinggi menjulang dengan jalan yang curam serta sulit didaki. Pada ketinggian gunung tersebut mereka beristirahat di sebuah gua yang di kenal sebagai gua Tsur.

Ketika upaya pencarian sudah mulai reda, Rasulullah bersiap-siap berangkat menuju Madinah. Sebelumnya Rasulullah telah menyewa Abdullah bin Uraiqith al-Laitsi sebagai penunjuk jalan, mereka telah berjanji untuk bertemu di depan gua Tsur setelah tiga malam berikutnya dengan dua hewan tunggangan. Sementara itu, Asma binti Abu Bakar bertugas menyiapkan perbekalan makanan bagi keduanya.

Rasulullah singgah di Quba. Di sana beliau menetap selama 4 hari dan membangun masjid Quba, lalu shalat di sana. Itulah masjid yang pertama kali dibangun dengan landasan taqwa setelah kenabiannya. Kemudian, Rasulullah menuju kota Madinah. Pada saat itu nama kota Yatsrib diganti menjadi Madinatur Rasul (Kota Rasul), kemudian lebih mudah disebut sebagai Kota Madinah. Beliau disambut dengan gegap gempita oleh kaum muslimin di Madinah, kebahagiaan dan kegembiraan sangat tampak di kalangan kaum muslimin ketika menyambutnya.

Dibiarkanlah onta tersebut berjalan, hingga kemudian dia berhenti dan berdekam di tempat yang sekarang menjadi mesjid Nabawi. Sampai di sini berakhirlah periode pertama bagian kehidupan Rasulullah, yaitu Periode Dakwah di Mekkah.

Back To Top