skip to Main Content
admin@sirohnabawiyah.com
Perang Uhud

Perang Uhud

Setahun sudah kaum musyrikin Mekkah mempersiapkan segala sesuatu untuk menuntut dendam kesumat mereka terhadap kaum muslimin di Madinah. Mereka menggalang kekuatan besar-besaran dan membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin menyumbang dalam upaya tersebut. Mereka menyambutnya dengan penuh antusias, sehingga terkumpul seribu onta dan uang sebanyak lima puluh ribu dinar.

Dalam pada itulah Allah turunkan ayat-Nya :

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah, mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan” (QS. al-Anfal : 36)

Setelah segala persiapan telah final, kaum musyrikin berhasil mengumpulkan 3000 pasukan dari suku Quraisy dan sekutu-sekutunya, bahkan mereka juga menyertakan pula kaum wanita sebanyak 15 orang agar pasukannya berperang sampai mati demi menjaga martabatnya. Sementara itu hewan tunggangan yang tersedia berjumlah 3000 onta dan 200 kuda ditambah 700 baju besi.

Komando umum dipegang oleh Sufyan bin Harb, komandan penunggang kuda dipegang oleh Khalid bin Walid yang dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sedang bendera dipegang oleh Bani Abduddar.

Pasukan Quraisy mulai bergerak menuju Madinah.

Sementara itu, di Madinah, Rasulullah menerima berita rinci tentang keadaan Pasukan Quraisy dari pamannya; Abbas yang mengirim utusannya ke Madinah. Penduduk Madinah diperintahkan bersiaga penuh. Kaum laki-lakinya selalu menyandang senjata walaupun mereka sedang shalat.

Pasukan Quraisy semakin mendekati kota Madinah, hingga akhirnya mereka singgah disebuah tempat dekat Jabal Uhud.

Di Madinah Rasulullah berembuk dengan para sahabatnya tentang bagaimana cara menangkis serbuan Kafir Quraisy tersebut.

Menghadapi kondisi yang genting tersebut, Rasulullah mengajak para sahabat terpilih untuk bermusyawarah.

Pada awalnya Rasulullah menawarkan agar kaum muslimin bertahan di Madinah, dengan tujuan jika kaum musyrikin masuk menyerbu, langsung dihalau oleh kaum muslimin dari balik-balik lorong dan kaum wanita dari atas rumah. Pendapat ini langsung disetujui oleh Abdullah bin Ubay bin Salul -sebagai gembong munafiq- yang saat itu hadir sebagai tokoh dari kaum Khazraj, namun persetujuannya bukan karena strategi perang, tapi lebih karena keinginannya untuk tidak ikut dalam peperangan dan tidak diketahui oleh kaum muslimin.

Akan tetapi sejumlah sahabat mengusulkan agar kaum muslimin keluar kota Madinah menghadapi pasukan kafir Quraisy, sekaligus untuk membuktikan bahwa mereka bukan kaum pengecut.

Rasulullah akhirnya menerima usulan tersebut dan segera menyerukan kaum muslimin untuk bersiap-siap menghadapi pertempuran. Sebagai tanda kesiapannya, beliau mengenakan baju besi dan melengkapinya dengan senjata.

Para sahabat yang tadinya setengah memaksa Rasulullah keluar kota Madinah agak sungkan dan merasa menyesal atas desakan mereka. Namun dengan tegas Rasulullah menjawab : “Pantang bagi seorang Nabi yang telah mengenakan baju perang, menanggalkannya kembali hingga ketentuan Allah ditetapkan antara dia dengan musuhnya”

Pasukan kaum muslimin terdiri dari 1000 orang, 100 orang di antaranya mengenakan baju perang, dan 50 pasukan berkuda.

Abdullah bin Umi Maktum diperintahkan menjaga kota Madinah sekaligus memimpin shalat orang-orang yang masih tinggal di Madinah.

Di tengah perjalanan ketika musuh sudah dekat dan mereka dapat saling memandang, Abdullah bin Ubay melakukan pembelotan. Dia bersama 300 orang pasukan membelot mundur dari pertempuran dengan alasan bahwa peperangan berarti membunuh diri sendiri, diapun mengungkit-ungkit sikap Rasulullah yang lebih menuruti pendapat selain dirinya.

Sebenarnya yang diinginkan oleh orang-orang munafiq tersebut adalah terjadinya kekacauan dan kebimbangan di kalangan pasukan kaum muslimin. Dan hampir saja ini terjadi, namun Allah Ta’ala segera meneguhkan hati mereka untuk melanjutkan pertempuran.

“Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah hanya kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakal” (QS. Ali Imran : 122)

Sedangkan terhadap orang-orang munafiq Allah ta’ala berfirman :

“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang munafik. Kepada mereka dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)”. Mereka berkata : “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu”. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan” (QS. Ali Imran : 167)

Rasulullah beserta pasukannya yang tinggal 700 orang meneruskan perjalanannya menuju Gunung Uhud.

Sesampainya di Uhud beliau segera menyiapkan pasukannya. Beliau memilih 50 pasukan pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair al-Anshari untuk mengambil posisi di sebuah bukit kecil yang kemudian dikenal sebagai Jabal Rumaat (Bukit pemanah), berjarak sekitar 500 meter dari markas utama pasukan kaum muslimin. Tujuannya adalah agar mereka melindungi kaum muslimin dan agar musuh tidak datang dari belakang mereka. Rasulullah berpesan kepada mereka agar jangan turun, apapun yang terjadi, sebelum mendapat perintah darinya.

Sementara itu sisa pasukan lainnya sebagian berada di sayap kanan dipimpin oleh Mundzir bin Amr, sebagian lagi di sayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awwam. Sedangkan barisan terdepan dipilih prajurit-prajurit yang dikenal ketangguhannya dan keberaniannya dalam berperang yang sebanding dengan jumlah 1000 orang.

Demikianlah pasukan kaum muslimin telah siap bertempur pada hari Sabtu pagi, 7 Syawal 3 H.

Adapun pasukan kaum musyrikin disusun dengan cara berbaris. Komandan utamanya Sufyan bin Harb. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid yang ketika itu masih musyrik. Sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal.
Sementara itu kaum wanita musyrik ikut juga berpartisipasi dengan memberi semangat pasukan. Mereka dipimpin oleh Hindun binti Utbah, isteri Abu Sufyan.

Sebelum pertempuran, Rasulullah memberikan arahan kepada pasukannya untuk bersabar dan berjuang habis-habisan. Lalu beliau mengeluarkan pedangnya seraya berkata :

“Siapa yang mengambil pedang ini dan memenuhi haknya ?”.

Beberapa orang berebutan untuk mengambilnya. Hingga kemudian datang Abu Dujanah seraya berkata :

“Apa hak pedang tersebut ya Rasulullah ?”.
“Engkau tebas wajah musuh dengannya hingga mereka tunduk”.

Sabda beliau

“Saya yang akan mengambilkan hak untuknya ya Rasulullah” Katanya dengan lantang.

Akhirnya pedang tersebut diberikan kepadanya.
Abu Dujanah terkenal pemberani, apabila sudah timbul amarahnya, maka dia memakai ikat kepala merah di kepalanya. Jika demikian, maka orang-orang mengetahui, bahwa dia akan berperang hingga mati.

Setelah mengambil pedang tersebut dan mengikatkan tali merah di kepalanya, dia berjalan di antara barisan dengan angkuh. Saat itu Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya itu adalah cara jalan yang dibenci Allah, kecuali dalam kondisi seperti ini”.

Pertempuran diawali oleh duel tanding. Saat itu Talhah bin Abi Talhah al-Abdari dari pasukan kaum musyrikin keluar menantang duel pasukan kaum muslimin. Dia terkenal sebagai tentara paling berani dari Quraisy. Karena itu kaum muslimin menahan diri, hingga akhirnya keluar Zubair bin Awwam yang langsung lompat menyerangnya bak seekor singa. Tak berapa lama kemudian Talhah tersungkur di tanah menemui ajalnya.

Rasulullah dan kaum muslimin bertakbir menyambut kemenangan tersebut sambil bersabda:

“Sesungguhnya setiap nabi memiliki Hawary (pengikut setia). Dan Hawary-ku adalah Zubair”.

Setelah pertarungan tersebut, peperangan mulai berkecamuk antara kedua belah pihak.

Pada awalnya peperangan dikuasai oleh kaum muslimin, meskipun jumlah mereka sangat sedikit. Pembawa panji-panji kaum musyrikin satu demi satu berguguran ditebas oleh senjata kaum muslimin, hingga panji tersebut jatuh dan tidak ada yang memungutnya kembali.

Di sisi lain Abu Dujanah yang mendapat pedang Rasulullah untuk ditunaikan hak-haknya maju merangsek musuh dan membunuh siapa saja orang kafir yang menghadangnya. Begitu pula dengan Hamzah bin Abdul Muththalib yang berperang bagaikan singa lapar, menyerbu hingga ke tengah-tengah pasukan kafir.

Tak ketinggalan, regu pemanah memberikan andil besar dalam pertempuran, di mana mereka dapat menahan laju pasukan kaum musyrikin yang dihujani oleh panah-panah kaum muslimin dari atas bukit. Sesuatu yang tidak dikira sama sekali oleh musuh.

Secara keseluruhan kaum muslimin berperang dengan semangat tempur yang tinggi dan keimanan yang kuat, sehingga praktis mereka dapat menguasai pertempuran.

Namun di tengah berkecamuknya perang. Musibah menimpa kaum muslimin. Yaitu terbunuhnya Singa Allah; Hamzah bin Abdul Muththalib oleh seorang budak yang bernama Wahsyi yang secara khusus diperintahkan tuannya untuk membunuhnya dengan janji dimerdekakan.

Namun demikian, kaum muslimin tetap dapat menjaga kesolidannya sehingga kaum musyrikin sedikit demi sedikit terdesak dan banyak di antara mereka yang berguguran.

Setelah melihat pasukan musyrikin kocar kacir meninggalkan medan pertempuran dan pasukan kaum muslimin mulai mengumpulkan ghanimah, regu pemanah lupa akan tugas utamanya karena tergoda oleh harta dunia.

Merekapun turun dari bukit tersebut untuk turut mengumpulkan ghanimah, padahal Rasulullah telah berpesan untuk tidak meninggalkan posisi mereka apapun yang terjadi sebelum mendapat perintah darinya. Pemimpin merekapun; Abdullah bin Jubair telah memperingatkan untuk tidak melanggar perintah Rasulullah. Namun cinta dunia waktu itu telah menguasai diri sebagian pasukan. Maka turunlah 40 dari 50 pasukan untuk turut mengumpulkan ghanimah, sementara sisanya tetap bertahan di tempat mematuhi komandannya.

Khalid bin Walid, ketika menyaksikan kejadian tersebut, segera berjalan memutar membawa sebagian pasukannya hingga berada di belakang pasukan kaum muslimin. Mereka segera menghabisi pasukan pemanah; Abdullah bin Zubair dan sahabat-sahabatnya. Setelah itu mereka mendatangi pasukan kaum muslimin dari belakang dengan berteriak sekeras-kerasnya.

Mendengar suara tersebut, pasukan kaum musyrikin yang awalnya terdesak dan jatuh mental, menjadi bangkit lagi semangatnya. Bendera kaum musyrikin segera diambil dan diangkat, lalu mereka balik menyerbu kaum muslimin. Kini pasukan kaum muslimin terkepung dari arah belakang dan depan, tidak ada pasukan pemanah yang melindungi mereka.

Pasukan kaum muslimin akhirnya kacau balau, banyak di antara mereka yang terdesak, lari ke bukit-bukit, ada juga yang pulang ke Madinah.

Saat itu Rasulullah dikelilingi oleh sekelompok kecil pasukan kaum muslimin yang berjumlah 9 orang sahabat di barisan belakang pasukan kaum muslimin. Melihat pasukannya terdesak, Rasulullah segera berteriak kepada Mereka :

“Wahai hamba-hamba Allah”.

Rasulullah tahu bahwa suaranya akan lebih dahulu di dengar oleh orang kafir sebelum pasukan kaum muslimin.

Maka serta merta pasukan kaum kafir yang mendengar suara Rasulullah segera mencarinya untuk membunuhnya. Sebab dengan membunuh Rasulullah peperangan ini dapat mereka menangkan.

Saat itulah muncul isu di tengah pasukan kaum muslimin, bahwa Rasulullah telah terbunuh. Sebagian kaum muslimin langsung jatuh mentalnya, di antara mereka ada yang melempar senjatanya dan menyerah, bahkan ada yang berpikir untuk minta perlindungan kepada Abdullah bin Ubay.

Namun ada sejumlah sahabat yang segera meluruskan keadaan, di antaranya Anas bin Nadhir. Ketika beliau menemukan mereka yang sudah patah semangat, beliau berkata :

“Apa yang kalian tunggu ?”,
“Rasulullah telah terbunuh”, jawab mereka.
“Kalau begitu untuk apa lagi kalian hidup setelah kematiannya, matilah kalian sebagaimana matinya Rasulullah!”. Jawab Anas

Demikianlah para sahabat kembali memompa semangat juang kaum muslimin, sehingga mereka kembali sadarkan diri, semangat dan keberanian mereka bangkit lagi. Lalu mereka ambil lagi senjata-senjata mereka untuk membendung laju pasukan kafir yang saat itu sedang menuju markas Rasulullah.

Sembilan orang sahabat yang melindungi Rasulullah berjuang mati-matian untuk menangkis setiap serangan yang diarahkan kepada beliau. Akhirnya satu demi satu mereka berguguran. Tinggallah dua orang yang berada di sisi Rasulullah; Talhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqash. Keduanya melindungi mati-matian Rasulullah dari serangan kaum musyrikin. Hari itu merupakan hari yang paling genting dalam kehidupan Rasulullah.

Akhirnya tak urung juga, akibat serangan yang bertubi-tubi, Rasulullah mengalami luka di bagian pelipis dan rahangnya, sehingga darah segar mengucur dari wajahnya. Saat itu. Rasulullah bersabda :

“Bagaimanakah suatu kaum akan selamat kalau mereka telah melukai Nabi mereka ?”.

Saat itu Allah turunkan ayat-Nya :

“Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim” (QS. Ali Imron : 128)

Rasulullah pun berdoa untuk mereka :

“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”

Seketika itu, pasukan kaum muslimin mendatangi Rasulullah yang sedang terkepung oleh kaum musyrikin. Mereka berusaha sekuat tenaga melindungi Rasulullah dari serbuan kaum musyrikin. Di antara mereka adalah: Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Sahl bin Hanif, Malik bin Sinan, Umar bin Khattab dan Abu Thalhah.

Di tengah situasi genting tersebut, Mush’ab bin Umair yang tengah mempertaruhkan nyawanya melindungi Rasulullah seraya membawa panji-panji kaum muslimin, terbunuh oleh Ibnu Qami’ah yang dia kira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah karena wajahnya yang mirip. Sehingga setelah berhasil membunuhnya, Ibnu Qamiah segera berteriak : “Sungguh, Muhammad telah terbunuh!”.

Isu ini, kembali membuat pasukan kaum muslimin panik dan mengendur semangatnya, namun pada saat yang bersamaan, hal tersebut membuat serangan kaum musyrikin menjadi kendur juga.

Melihat hal tersebut, Rasulullah langsung menyelinap ke tengah-tengah kaum muslimin, namun beliau meminta mereka untuk tidak memberitahu keberadaannya agar tidak disadari oleh kaum musyrikin. Kemudian dengan teratur mereka mundur dari medan pertempuran dan berlindung di celah-celah gunung Uhud. Kaum musyrikin yang mengetahui gerak mundur teratur pasukan kaum muslimin, segera menyerbu. Namun dengan keberanian luar biasa para sahabat menangkis setiap serangan untuk melindungi Rasulullah. Akhirnya selamatlah kaum muslimin dari kejaran mereka. Kaum musyrikpun menghentikan pengejaran dan bersiap-siap kembali ke Mekkah.

Namun sebelum itu, mereka melampiaskan dendamnya terhadap kaum muslimin dengan menyayat-nyayat mayat pasukan kaum muslimin yang ada. Bahkan Hindun binti Utbah menyayat tubuh Hamzah untuk diambil hatinya. Dia berupaya mengunyah-nya, namun hal tersebut tidak kuasa dia lakukan, akhirnya dia muntahkan kembali.

Setelah kaum musyrikin dipastikan meninggalkan medan pertempuran dan kembali ke Mekkah. Pasukan kaum muslimin langsung memeriksa para sahabat yang telah menjadi Syuhada, semua berjumlah 70 orang.

Kemudian Rasulullah memerintahkan agar para syuhada Uhud tersebut dikumpulkan dan dikuburkan di tempat itu juga tanpa dimandikan dan tetap dengan pakaian yang mereka kenakan.

Beliau bersabda :

“Sayalah saksi bagi mereka, sesungguhnya siapa saja yang terluka di jalan Allah Ta’ala niscaya akan Allah bangkitkan di hari kiamat, lukanya mengucur dengan warna darah, namun baunya, bau minyak kasturi”.

Pada kesempatan itu, kaum muslimin mencari-cari mayat Hanzolah, akhirnya mereka mendapatkannya di suatu tempat namun tampak adanya bekas siraman air. Rasulullah segera memberitahukan bahwa malaikat telah memandikannya. Maka dia kemudian dikenal dengan sebutan : Ghasiilul Malaikah (Yang dimandikan malaikat).

Setelah ditanya kepada keluarganya, jelaslah masalahnya, bahwa Hanzolah adalah pengantin baru. Ketika panggilan jihad diserukan, saat itu beliau sedang berada di pangkuan isterinya. Maka dia langsung bangkit memenuhi seruan tersebut. Di tengah pertempuran, beliau maju menerobos kekuatan musuh, hingga hampir membunuh panglima musuh, namun sebelum berhasil membunuhnya, dia lebih dahulu terbunuh menemui syahidnya.

Mayat kaum muslimin sungguh sangat mengenaskan. Tubuh mereka tercabik-cabik, bahkan banyak di antara mereka yang pakaiannya tidak dapat menutup seluruh tubuhnya seperti yang terjadi pada Mush’ab bin Umair. Apabila ditutup kepalanya, tampak kakinya, jika ditutup kakinya tampak kepalanya, akhirnya Rasulullah memerintahkan untuk menutup bagian kakinya dengan rerumputan.
Rasulullah sangat sedih hatinya ketika melihat jasad Hamzah. Hingga ketika saudara perempuannya akan melihatnya, Rasulullah perintahkan untuk mencegahnya. Namun karena Shafiah bersikeras melihatnya dan berjanji untuk bersabar. akhirnya Rasulullah mengizinkan.

Kemudian, pasukan muslimin pulang menuju Madinah dengan kesedihan mendalam. Mereka segera menemui keluarga para syuhada untuk menyampaikan berita duka tersebut. Namun banyak di antara mereka yang tetap menjaga kesabarannya. Bahkan banyak pula di antara mereka yang menganggap ringan musibah tersebut setelah mereka mengetahui bahwa Rasulullah pulang dengan selamat.

Diriwayatkan bahwa ada seorang wanita dari Bani Dinar, suaminya, saudaranya, bapaknya gugur sebagai syahid dalam perang Uhud, ketika diberitahu kepadanya tentang berita duka tersebut, dia balik bertanya :

“Apa yang dialami Rasulullah”,
“Al-hamdulillah, seperti yang engkau inginkan, beliau dalam keadaan baik-baik saja”, jawab mereka.
“Perlihatkan kepada saya orangnya”, lalu mereka menunjukkannya kepada Rasulullah.

Maka setelah itu dia berkata :

“Semua musibah, setelah engkau selamat adalah ringan”

Allah Ta’ala banyak memberikan pelajaran bagi kaum muslimin dalam al-Quran dari perang tersebut. Tercatat dalam surat Ali Imran, sebanyak 60 ayat Allah membicarakan perang Uhud dari sejak kejadian pertama kali :

“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mu’min pada beberapa tempat untuk berperang”. (QS. Ali Imran : 121)

Kemudian ayat-ayat itu ditutup dengan ayat yang berisi pelajaran umum dari peperangan tersebut;

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan orang yang buruk (munafik) dari yang baik (mu’min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara Rasul-Rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar” (QS. Ali Imron : 179)

  • Akibat perbuatan maksiat dan melanggar aturan yang telah ditetapkan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pasukan pemanah.
  • Para rasul dalam dakwahnya juga mendapatkan ujian dan kadang kekalahan. Hal tersebut untuk membuktikan bahwa mereka juga adalah manusia biasa yang tidak tertutup kemungkinan mengalami apa yang umum dialami manusia.
  • Dengan adanya cobaan tersebut, kaum muslimin dapat mengetahui siapa di antara mereka yang teguh dalam perjuangannya dan siapa yang keimanannya hanya terbatas ucapannya saja (munafiq).
  • Syahadah (mati dalam pertempuran di jalan Allah) merupakan kedudukan tertinggi bagi mujahid di jalan Allah Ta’ala.
  • Perjuangan menghadapi kaum kafir juga harus menyertakan sebab-sebab yang dapat mendatangkan kemenangan tersebut.
Back To Top