skip to Main Content
admin@sirohnabawiyah.com

Masa Awal di Madinah

Tak mudah bagi Rasulullah menjalani hari-hari pertamanya di Madinah. Berbagai masalah telah menghadang. Para pengikutnya asal Mekah, muhajirin, tak mempunyai makanan, apalagi pekerjaan. Antara Muhajirin dan Anshar dapat bersaing berebut hati Muhammad. Kaum Khazraj dan Aus masih mungkin bertikai lagi. Musuh setiap saat dapat menyerang. Baik kaum Qurais di Mekah, maupun Yahudi tetangga mereka sendiri. Di saat begitu pelik, Rasulullah mencetuskan gagasan. Sebuah gagasan cemerlang menurut ilmu strategi lantaran memenuhi kriteria “sangat sederhana” dan “sangat mudah dilaksanakan”. Yakni mempersaudarakan satu orang dengan satu orang lainnya, tanpa peduli asal-usul Mekah atau Madinah serta dari keluarga manapun.

  •  
  •  
  •  
  •  
  • Kota Madinah

    Kaum muslimin yang terdiri dari kalangan Muhajirin (Para sahabat yang hijrah dari Mekkah) dan Anshar (Para sahabat penduduk asli kota Madinah). Meskipun mereka telah masuk Islam, namun tugas Rasulullah tidak hanya sampai disitu, tapi bagaimana menata mereka menjadi muslim berkualitas yang memiliki pemahaman terhadap agamanya dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
  • Masjid Nabawi

    Kiblat mesjid menghadap ke Baitul Maqdis (Sebelum kiblatnya dirubah ke Masjidil haram). Kedua sisinya dibuat dari batu, sementara dinding mesjid terbuat dari bata dan tanah. Sedang atapnya dari pelepah kurma dan tiangnya dari pangkal pohon Korma, sedang lantainya dihamparkan batu kerikil dan pasir. Pintunya ada tiga. Panjang mesjid dari Kiblat hingga belakang kurang lebih seratus hasta, begitu juga lebarnya. Pondasinya sekitar tiga hasta.
  • Piagam Madinah

    Kemudian, Rasulullah mengadakan perjanjian antar sesama muslim. Ada 16 butir isi perjanjian, yang secara umum berisi tentang perintah untuk bersatu dan saling tolong menolong, larangan menzalimi, menjaga kehormatan, jiwa dan menjadikan Allah serta Rasul-Nya sebagai rujukan dari semua perselisihan di antara mereka.
  • Tahun-tahun di Madinah

    Meskipun Rasulullah serta para sahabat telah hijrah ke, namun hal tersebut tidak membuat orang-orang kafir Quraisy berdiam diri. Mereka justru gencar melakukan ancaman dan rencana penyerangan. Hal tersebut tidak dianggap remeh oleh Rasulullah dan para sahabat, sehingga mereka selalu dalam keadaan siap siaga menghadapi kemungkinan terjadinya penyerangan.
Back To Top